Plato adalah seorang ahli filsafat
besar yang hidup pada zaman Yunani. Ia merupakan murid dari Socrates, merupakan
orang yang pertama di dunia yang menemukan dan mendirikan perguruan tinggi pada
tahun 387 SM. Ia menamakannya akademi atau akademus. Aristoteles adalah salah
satu murid Plato.
Plato adalah “pengacau” filsafat,
begitulah anggapan yang kira-kira ingin ditanamkan oleh sejumlah pemikir modern
dalam benak kita. Menurut Nietzsche (filsuf
abad ke-19 asal Austria) maupun Heidegger (filsuf abad ke-20 asal jerman), filsafat tak pernah “pulih” dari
pengaruh Socrates dan Plato sekitar abad kelima sebelum masehi. Pada saat itu,
filsafat telah malang melintang selama kurang lebih 200 tahun. Ironisnya,
hampir selama itu pula filsafat masih berjalan di tempat. Lebih ironis lagi,
sejak tampilnya Socrates dan Plato, filsafat justru bergerak salah arah.
Plato adalah seorang jago gulat
terkenal. Nama yang kita kenal selama ini ternyata adalah julukannya di ats
ring. Plato sendiri artinya lebar atu rata. Ketika dilahirkan pada tahun 428
SM, Plato diberi nama Aristokles. Ia dilahirkan di Athena tepatnya di Pulau
Aegina yang terletak hanya 12 mil dari pantai Athena, di Teluk Saronik. Plato
dilahirkan dalam salah satu keluarga politik yang terkenal di Athena. Ayahnya,
Ariston, adalah keturunan Kodrus, raja terakhir Athena. Sedangkan ibunya adalah
keturunan peletak dasar hukum Athena yang legendaris itu, Solon.
Seperti anggota keluarga politik pada
umumnya, dengan otaknya yang cemerlang, ambisi plato mula-mula tertuju ke
bidang lain. Dua kali ia berhasil memenangkan kejuaraan gulat dalam Pekan Isthmian.. Namun, tampaknya plato
tak pernah berhasil lolos ke Olimpiade di Olympia. Kemdian ia mencoba menjadi
penyair tragedi. Sayangnya, ia tak pernah berhasil membuat terkesan para juri
di berbagai sayembara. Karena gagal mendapatkan mendali emas Olimpiade atau
menjadi bintang dalam kancah kesusastraan, Plato hampir saja memutuskan untuk
sekedar menjadi pegawai negeri. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk mempelajari
filsafat dengan mendengarkan percakapan Sokrates. Pertemuan Plato dan Socrates
bagaikan cinta pada pandangan pertama. Selama sembilan tahun berikutnya, Plato
selalu duduk dekat gurunya, menyerap segala gagasan sang filsuf. Metode
pengajaran Socrates yang menyerang itu memaksa Plato menyadari kemampuan
intelektualnya sepenuhnya, seraya membuka matanya terhadap
kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang tak ia sadari.
Hubungan yang sangat dekat dengan
Socrates telah menempatkan Plato pada posisi berbahaya. Menyadari posisi itu,
ia memutuskan untuk keluar dari Athena demi keselamatannya sendiri. Peristiwa
itu menandai mulainya wanderjahre Plato,
yang berlangsung sangat lama, yakni hingga 12 tahun. Setelah mempelajari segala
yang bisa diperoleh dari gurunya, sekarang Plato bisa belajar langsung dari
dunia. Tapi dunia pada saat itu tidaklah terlalu luas. Dalam periode pertama
masa pengasingannya, Plato melakukan studi si suatu tempat yan hanya berjarak
12 mil dari tempat asalnya, di wilayah Megara. Di sana ia belajar bersama
temannya, Euklides. Plato tinggal bersama temannya Euklides selama 3 tahun,
kemudian melanjutkan perjalanannya ke Kyrene di Afrika Utara untuk belajar
kepada pakar metematika Theodorus. Setelah itu, tampaknya ia melanjutkan
perjalanan ke Mesir. Suatu cerita bersikeras menyatakan, saat itu plato berniat
mengunjungi beberapa tukang sihir di Levent, lalu melanjutkan perjalanan ke
timur hingga mencapai tepian sungai Gangga. Namun kelihatannya cerita itu tidak
sesuai dengan kenyataan.
Seperti halnya Socrates diikuti oleh
muridnya Plato, maka Plato juga diikuti oleh muridnya Aristoteles—sehingga menjadi lengkaplah tiga serangkai filsuf besar
Yunani. Aristoteles mengembangkan dan mengkritisi pemikiran Plato,
memperkanalkan banyak gagasannya sendiri. Namun, filsafat Plato dalam bentuknya
lebih murni tetap berkembang di Akademia, yang dikenal sebagai fajar
kekaisaran.
KUTIPAN
UTAMA...
Jangan lupa bahwa kesenangan bersama adalah suatu
jalan menuju ke arah pencapaian, sedangkan amarah tak terkandali akan
menjauhkan kita dari teman.
Surat-surat, IV, 321c
Tidak ada komentar:
Posting Komentar