Kamis, 28 Juni 2012

THE BIOGRAPHY OF PLATO

Plato adalah seorang ahli filsafat besar yang hidup pada zaman Yunani. Ia merupakan murid dari Socrates, merupakan orang yang pertama di dunia yang menemukan dan mendirikan perguruan tinggi pada tahun 387 SM. Ia menamakannya akademi atau akademus. Aristoteles adalah salah satu murid Plato.
Plato adalah “pengacau” filsafat, begitulah anggapan yang kira-kira ingin ditanamkan oleh sejumlah pemikir modern dalam benak kita. Menurut Nietzsche (filsuf abad ke-19 asal Austria) maupun Heidegger (filsuf abad ke-20 asal jerman), filsafat tak pernah “pulih” dari pengaruh Socrates dan Plato sekitar abad kelima sebelum masehi. Pada saat itu, filsafat telah malang melintang selama kurang lebih 200 tahun. Ironisnya, hampir selama itu pula filsafat masih berjalan di tempat. Lebih ironis lagi, sejak tampilnya Socrates dan Plato, filsafat justru bergerak salah arah.
Plato adalah seorang jago gulat terkenal. Nama yang kita kenal selama ini ternyata adalah julukannya di ats ring. Plato sendiri artinya lebar atu rata. Ketika dilahirkan pada tahun 428 SM, Plato diberi nama Aristokles. Ia dilahirkan di Athena tepatnya di Pulau Aegina yang terletak hanya 12 mil dari pantai Athena, di Teluk Saronik. Plato dilahirkan dalam salah satu keluarga politik yang terkenal di Athena. Ayahnya, Ariston, adalah keturunan Kodrus, raja terakhir Athena. Sedangkan ibunya adalah keturunan peletak dasar hukum Athena yang legendaris itu, Solon.
Seperti anggota keluarga politik pada umumnya, dengan otaknya yang cemerlang, ambisi plato mula-mula tertuju ke bidang lain. Dua kali ia berhasil memenangkan kejuaraan gulat dalam Pekan Isthmian.. Namun, tampaknya plato tak pernah berhasil lolos ke Olimpiade di Olympia. Kemdian ia mencoba menjadi penyair tragedi. Sayangnya, ia tak pernah berhasil membuat terkesan para juri di berbagai sayembara. Karena gagal mendapatkan mendali emas Olimpiade atau menjadi bintang dalam kancah kesusastraan, Plato hampir saja memutuskan untuk sekedar menjadi pegawai negeri. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk mempelajari filsafat dengan mendengarkan percakapan Sokrates. Pertemuan Plato dan Socrates bagaikan cinta pada pandangan pertama. Selama sembilan tahun berikutnya, Plato selalu duduk dekat gurunya, menyerap segala gagasan sang filsuf. Metode pengajaran Socrates yang menyerang itu memaksa Plato menyadari kemampuan intelektualnya sepenuhnya, seraya membuka matanya terhadap kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang tak ia sadari.
Hubungan yang sangat dekat dengan Socrates telah menempatkan Plato pada posisi berbahaya. Menyadari posisi itu, ia memutuskan untuk keluar dari Athena demi keselamatannya sendiri. Peristiwa itu menandai mulainya wanderjahre Plato, yang berlangsung sangat lama, yakni hingga 12 tahun. Setelah mempelajari segala yang bisa diperoleh dari gurunya, sekarang Plato bisa belajar langsung dari dunia. Tapi dunia pada saat itu tidaklah terlalu luas. Dalam periode pertama masa pengasingannya, Plato melakukan studi si suatu tempat yan hanya berjarak 12 mil dari tempat asalnya, di wilayah Megara. Di sana ia belajar bersama temannya, Euklides. Plato tinggal bersama temannya Euklides selama 3 tahun, kemudian melanjutkan perjalanannya ke Kyrene di Afrika Utara untuk belajar kepada pakar metematika Theodorus. Setelah itu, tampaknya ia melanjutkan perjalanan ke Mesir. Suatu cerita bersikeras menyatakan, saat itu plato berniat mengunjungi beberapa tukang sihir di Levent, lalu melanjutkan perjalanan ke timur hingga mencapai tepian sungai Gangga. Namun kelihatannya cerita itu tidak sesuai dengan kenyataan.
Seperti halnya Socrates diikuti oleh muridnya Plato, maka Plato juga diikuti oleh muridnya Aristotelessehingga menjadi lengkaplah tiga serangkai filsuf besar Yunani. Aristoteles mengembangkan dan mengkritisi pemikiran Plato, memperkanalkan banyak gagasannya sendiri. Namun, filsafat Plato dalam bentuknya lebih murni tetap berkembang di Akademia, yang dikenal sebagai fajar kekaisaran.
KUTIPAN UTAMA...
Jangan lupa bahwa kesenangan bersama adalah suatu jalan menuju ke arah pencapaian, sedangkan amarah tak terkandali akan menjauhkan kita dari teman.
Surat-surat, IV, 321c

Tidak ada komentar:

Posting Komentar